Titipan doa

Dear all,

Ide awal membuat blog ini adalah memberi tahu keluarga gue di Padang mengenai kegiatan gue selama di Belanda, dan menyimpan kisah perjalanan gue biar nggak hilang di ingatan. Karena pengunjung blog ini sudah ribuan dan gue disupport teman untuk membukukan cerita ini, maka kisah gue ini akan gue edit menjadi 70 halm sesuai syarat redaksi karena total post di blog ini cuma 40 halm. Untungnya masih banyak yang belum gue ungkap di blog.

Doakan hasil karya gue menjadi lebih baik, lebih detil dan lebih bermanfaat ya...
Semoga lolos penerbitan. Amin.

Thx dah mampir.

NOTE: Mau baca yang sudah di edit lengkap? baca di: caprivhia.com

Friday, July 22, 2011

Part 12: Persiapan Kostum Akting ke Drachten

Hari ini  Geart lagi menyelesaikan tugas harian nya, yaitu menjahit kostum aktng gw. Hehehe, siapa suruh ajak gw main game. Sebenarnya dia udah menjahit sejak kemaren-kemaren, tapi sehubungan dia bukan tukang jahit, dan mengerjakan sesuatu sendiri itu sudah biasa di negara nya, jadilah menjahit kostum gw selama 4 hari. Kalo cuma sekedar baju gw sih gak rumit. Salah sendiri kenapa di bikin sulit. Kebetulan karakter yang gw pilih adalah petarung, jadi baju gw se enggak-enggak nya mirip Xena deh. hihihi.. lucu gak ya.. jangan2 gw di sana ketawa mulu.

Acting Club 9 tahun:
Geart sudah mengikuti klub tidak terikat ini selama 9 tahun, sejak dia masih sekolah. Acting Club Game ini tidak mewajibkan peserta nya jadi anggota dan iuran tahunan nya juga tidak bernilai, murah baget. Walaupun even nya di gelar setiap tahun, setiap orang tidak wajib ikut dan bebas ikut di even kapan saja. Namun setiap even yang diikuti harus bayar buat makan dan tempat yang sudah di seting sedemikian rupa sesuai tema game. Tema game selalu mengambil abad lalu dan berlokasi di hutan. Untuk kali ini tema nya adalah periode Elbarian.

Part 11: Kejar tayang Rotterdam to Den Haag

Sehubungan tidak banyak yang bisa di liat di Rotterdam dan Den Haag, jadi gw mengunjungi dua kota besar ini dalam satu hari. Jarak antara Rotterdam dan Den Haag juga dekat. Tergantung transportasinya; bisa pakai kereta api atau Metro (kereta api cepat bawah tanah). Sayangnya, yang di sebut Metro tidak sepenuhnya di bawah tanah. Kadang kala stasiunnya juga ada di atas tanah. Sayangnya lagi, yang di sebut cepat itu menurut ukuran gw adalah kecepatan sang kancil yang lagi sakit perut. Soalnya, kereta api biasa antar kota yang berjarak 1 - 3 jam perjalanan di Belanda, bergerak selambat kereka api ekonomi Jakarta-Depok. Tidak ada yang mengalahkan kecepatan kereta AC Pakuan Express di Jakarta yang bisa meniup rambut kita dari posisi lurus ke bawah menjadi lurus ke samping kalo lagi nunggu di stasiun.

Part 10: Jelajah Amsterdam

Harusnya 'menjajah Amsterdam!' bukan menjelajah. Tapi gw tidak cukup kuat untuk menjadi pejuang perwakilan negara Indonesia tercinta demi merebut kembali kekayaan yang telah di rampas negara ini beberapa ratus tahun yang lalu. ggrrr... Negara ini sungguh kaya sekarang, kota nya megah, mewah, bersih dan futuristik. sementara negara ini cuma bisa punya peternakan sapi, domba, sapi lagi, dan domba lagi, dan sapi... sekali kali mereka mengganti ladang rumput makanan sapi dengan tanaman jagung. itu pun bukan buat manusia, tapi untuk makanan babi. Tanah ini tidak bisa memproduksi apapun yang bagus, bahkan selalu mengimpor dari negara lain untuk produk produk terbaik di dunia, termasuk jagung dari Jerman. Dan mengekspor produksi berkualitas rendah ke luar negri seperti Heineken.
Merdeka!!
Mari kita jelajah Amsterdam.

Thursday, July 21, 2011

Part 9: Berkunjung ke kampung camer di Jorwerd (Jorwert)

Ini demi Ajeng yang menteror gw terusss "mana kelanjutan nyaaaa" akhirnya gw bela belain deh nulis di kereta dalam perjalanan menuju Rotterdam. muach to Ajeng.

Menurut gw, part ini lebih seru dari part sebelumnya karena di hari gw jalan-jalan ke kampungnya camer; tempat kelahiran Geart, cuacanya sangat cerah, udaranya gak dingin, angin gak kencang, dan inilah summer sebenarnya. So, gw bisa ngeceng dan gak harus pake jaket terus karena kedinginan. Kalo orang Padang bilang, kayak dikulum baruak (dikelonin kera).

Monday, July 18, 2011

Part 8: Memasak di ultah camer

Camer gw merayakan ulang tahun yang ke 67 dan beliau mengundang semua anak dan pasangan nya untuk makan malam di rumah. Sehubungan gw berada di sana, jadilah gw tawarkan untuk memasak masakan Indonesia. well, demi tidak membuat pesta ultah kacau, gw hanya menyiapkan cemilan dan si camer yang hobi masak ini menyiapkan main course; lasagna dan salad ikan salmon. ayo tebak apa yang gw bikin? goreng tempe!

Part 7: Dari Leeuwarden ke Groningen

Selama liburan ini, gw tinggal di Leeuwarden, sebuah kota kecil di Belanda. penduduknya sedikit dan agak sepi. kalo dibandingkan dengan Bogor yang juga kota kecil, atau Bukit tinggi yang dingin, gw rasa kedua kota di Indo ini masih lebih rame dari pada Leeuwarden. Pusat kota Leeuwarden hampir sama dengan pusat kota lain nya di Belanda. kalo di Padang, pusat kotanya adalah pasar raya Padang, nah di sini yang di sebut pusat kota "Kota" adalah pasar dan pusat pebelanjaan. Pusat kota di Leewarden sangat luas, dan isinya semua pusat perbelanjaan. dari pangkal blok sampai 1 kilo ke ujung blok semua toko belanjaan. mayoritas pakaian dan kosmetik, di selingi kafe. kalo gw perhatikan, tiga jenis toko ini yang paling banyak. toko pakaian, toko kosmetik dan kafe. sisanya adalah salon, barbershop, bioskop, apotik, toko turki, toko Indonesia, toko roti, toko bunga, bahkan bioskop. semua macam toko tersambung dalam blok yang simetris. kalo ada persimpangan, nanti blok arah kiri ato kanan masih sama. model gedung nya monoton.

Part 6: Nonton Transformer 3 3D

Udah pada nonton belum? film nya bagussss banget. recomended! mantap, apalagi kalo 3 dimensi. Di Leeuwarden, 3D juga baru ada beberapa bulan belakangan.  untuk model bioskop, rata-rata hampir sama dengan bioskop 21 Indonesia. gak mewah2 banget. tapi yang pasti gak bakal sejelek bioskop Indo yang terjelek :).

Film Transformer 3 berdurasi 2 jam an. kalo kita nonton di bioskop normal, mungkin untuk duduk menonton selama dua atau tiga jam pun gak bakalan capek dan pegel. tapi berhubung ini 3D, sudah pasti bikin leher kaku dan mata lelah. Suatu hal yang bagus dan boleh di contoh dari sini adalah waktu break ato jedah di tengah film. jadi kita bisa memanfaatkan waktu lima menit buat ke toilet ato beli snack. break di tengah film bukan cuma di 3D movie, bioskop normal juga memberikan break lima menit. keren kan... penonton nya bisa meregangkan otot dan istirahat mata, bioskop nya untung karena ada yang belanja di luaran.


Untuk harga tiket nonton film biasa sekitar 150rb, sejak pake 3D harga tiket naik jadi 200rb. tiket bisa di pesan online ato reservasi lewat telpon. Kalo kita nonton 3D, sebelum masuk di kasih kacamata 3 dimensi, dan waktu kita keluar kacamata ini tidak di cek dan dimintai satu2 ke penonton. kita keluar gedung dan tarok sendiri kacamata nya di box kacamata. mereka sih percaya aja kalo kita jujur dan tidak membawa kacamata 3D nya pulang.

Part 5: How to deal with European Camer



Hayo tebak gimana? pedekate sama camer lokal aja deg deg an, canggung, serba salah dan takut gak di restui pada ujung kisah. sebenarnya sih gw kira juga begitu. tapi yang paling penting adalah be your self. jadilah dirimu sendiri dan dalami karakter orang di hadapan mu.


Camer Ibu:

Camer gw yang perempuan ini adalah seorang physikolog, yang pekerjaan nya berhubungan dengan permasalahan di bidang pendidikan baik sekolah, mental, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah anak2. beliau punya kantor sendiri dan beberapa karyawan. kantor nya berada di sebuah gedung di areal perkantoran. desain kantor rata2 sama dengan kantor lain yang berbahan kayu. jadi kantor dengan beberapa ruangan dan 3 lantai ini terbuat dari kayu. kecuali dinding yang berbatasan dengan kantor sebelah.

Part 4: Melapor ke Alien Police


Woikk, dikira gw alien apa ya... masa lapornya harus ke kantor alien. jagi gitu, setiap orang asing yang datang ke Belanda, dalam waktu 2 x 24 jam wajib lapor ke kepolisian setempat, di bagian Alien police. sebenarnya harus lapor dalam 2x24 jam, kebetulan gw datangnya pas weekend, jadi esoknya telpon dulu dan harus buat janji dulu sebelum datang. jadilah gw dapat jadwal hari ini (hari ke 5)

Part 3: Tentang orang Belanda (kesan pertama)


Cara salam:
Di Belanda, peluk cium sudah wajar. baik laki ato perempuan. Ini bagusnya, kita serasa makin dekat. Pertama kali ketemu orang asing, mungkin cuma jabat tangan doang. tapi setelah bicara dan ngobrol2 sedikit bisa lebih dekat, bisa salam perpisahan dengan peluk cium. kalau sudah tau itu bagian dari keluarga, misalnya orang tua nya, atau saudaranya.. salam pertama bisa langsung dipeluk dan cium pipi kanan kiri kanan (3x). pisah juga gitu. tapi yg pasti bukan tiap kali ketemu, kayak di indo yg ketemu calon mertua cium tangan terus yg walaupun ketemu sekali 3 hari.. tetep sungkem cium tangan. kalau di Belanda nggak, bisa aja ucapan terima kasih juga peluk cium.

Part 2: Hal aneh menurut gw tentang Belanda

Anjing:
disini lagi tren pelihara anjing. sampai-sampai harga anjing meningkat, dari ratusan ribu, hingga belasan juta. tergantung ras nya. padahal tidak mudah pelihara anjing, dan kalau tidak dipelihara dengan baik bisa kena denda.misalnya, kalau anjing mau jalan2 trus buang kotoran di jalan. ya harus dibersihkan, kalau tidak, pemerintah akan menilang yang punya karena merusak lingkungan. so pasti kena denda.

Part 1: Cara pandang gw ttg Belanda (kesan pertama)

Pelayan Toko:
Di sini pelayan toko pada baik semua, kalau kita mau belanja, nanya-nanya atau liat2 doang gak masalah, mereka tetap senyum. gak beli juga gak papa, ramahnya minta ampun deh.. nggak ada tuh muka masam kalau gak jadi beli.

Perjalanan menuju Belanda


Tiket pesawat pilihan gw adalah Emirates, dengan jurusan Jakarta - Dubai, Dubai - Amsterdam. Keberangkatan yang gw pilih dari empat pilihan adalah berangkat selambat mungkin dari Jakarta dan sampai siangnya di Belanda. Demikian sebaliknya untuk tiket pulang ke Indonesia, gw pilih keberangkatan siang dari Schipol dan sampai di Jakarta juga siang hari.

Gw tinggal di Padang, dengan demikian tiket keberangkatan yang gw beli harus dengan timing yang tepat dari Padang menuju Jakarta. Gw memperhitungkan lama jedah tunggu seandainya terjadi delay dari Padang. Ada kemungkinan gw ketinggalan pesawat dari Jakarta ke Belanda. So, dengan berat hati, gw berangkat sesegera mungkin dari Padang, dan terpaksa menunggu 6 jam ketimbang menanggung resiko kemungkinan pesawat dari Padang delay berjam-jam.

Thursday, July 14, 2011

Pengajuan Visa ke Belanda

Berdasarkan rencana keberangkatan di bulan Juli 2011, dan menilik prosedur pembuatan visa di kedutaan Belanda dengan berbagai syaratnya yang tertera di website, maka di putuskan proses pembuatan visa di mulai tiga bulan sebelum tanggal keberangkatan, yakni Mei 2011.

Mei 2011: Persiapan dokumen
Sesuai syarat pengajuan visa yang tercantum di dalam website, maka hal-hal yang gw lakukan adalah sbb: