Titipan doa

Dear all,

Ide awal membuat blog ini adalah memberi tahu keluarga gue di Padang mengenai kegiatan gue selama di Belanda, dan menyimpan kisah perjalanan gue biar nggak hilang di ingatan. Karena pengunjung blog ini sudah ribuan dan gue disupport teman untuk membukukan cerita ini, maka kisah gue ini akan gue edit menjadi 70 halm sesuai syarat redaksi karena total post di blog ini cuma 40 halm. Untungnya masih banyak yang belum gue ungkap di blog.

Doakan hasil karya gue menjadi lebih baik, lebih detil dan lebih bermanfaat ya...
Semoga lolos penerbitan. Amin.

Thx dah mampir.

NOTE: Mau baca yang sudah di edit lengkap? baca di: caprivhia.com

Tuesday, August 2, 2011

Part 15: Goodbye camer

Hari terakhir gw bersama camer adalah hari special buat camer. Camer minta dimasakin makanan Indonesia untuk dinner. Waduhhh.. sebenarnya gw bingung mau masakin makanan Indonesia, entar camer nggak suka lagi. Camer gw anti cabe. Kalau dimasakin makanan Padang beneran nanti bisa kapok ma gw, malahan hari terakhir jadi petaka. Jadinya, gw janjikan masakan Ala chef Via!

Part 14: Yang datang dan yang pergi

Di suatu pagi yang cerah, tanpa hujan dan angin dingin yang mana pada saat itu gw lagi bersenang-senang bisa keluyuran, berbelanja tanpa harus terbungkus rapat oleh jaket dan syal tebal, tiba-tiba gw mendapat berita buruk kalo nenek gw meninggal. Di depan sebuah swalayan di Leeuwarden, dekat parkiran sepeda gw menangis terisak-isak sendirian. Untung bule bukan tipe orang yang mau tau urusan orang lain, jadi gak ada yang mendatangi gw dan nanya "kamu kenapa? or, are u okay?".

Monday, August 1, 2011

Seperempat terakhir dari part 13: The Legend of Cap van Elbaria

Day 4: Saatnya meninggalkan Elbaria.

Hari ini gw lega, karena sudah memberi keputusan pada diri sendiri kalau gw berhenti dari karakter sejak kemaren. Sayangnya itu tidak merubah keadaan, gw tambah bosan dan membawa Herr Raphl serta merta keluar dari Elbaria. Walaupun demikian kita tetap hang out around sampai event ini di tutup sesuai jadwal.

Culture shock:
Gw sudah mulai ngepack barang2 gw lebih dulu dari yang lain sebelum hiruk pikuk bersamaan dengan jadwal penutupan. Dan saatnya buat gw bersantai dan menonton orang2 se tenda yang lagi nge pack. In the mean time, gw bisa menggambarkan beberapa adegan yang mana untuk orang Indonesia hal ini tidak layak atau tidak sopan. Tapi untuk budaya barat, itu sudah biasa. Uppsss.. tolong jangan memberi komentar untuk hal ini. Anda cukup mendengar saja.

Seperempat ketiga dari part 13: The Legend of Cap van Elbaria

Day 3: good weather with a bad mood.

Cuaca sudah bagus hari ini, tidak ada hujan deras dan sinar matahari sangat terasa di badan. Inilah harapan gw sedari kemaren supaya gw bisa ikutan berlaga di medan perang. Apalagi semalam ketika gw sudah terlelap, gw terbangun karena teriakan-teriakan pertarungan, teriakan sihir, teriakan kesakitan dan hentak kaki yang berlarian. Gw bangun keluar dari kantong tidur dan mengintip apa yang sedang terjadi. Ternyata jam 3 pagi mereka sedang bertarung. hmm... gw agak iri karena tidak bisa ikutan.

Seperempat kedua dari part 13: The Legend of Cap van Elbaria

Day 2 in Elbaria: Helloww.. i am almost crazy here. crazy becouse of bad weather and crazy of wierd situation. can anybody help?

Cuaca Buruk:
Cuaca di Dronten tempat Shooting Elbaria saat ini hujan, angin kencang dan benar-benar dingin. Cieee... shooting euy. kayak lagi main pelem. Yea..., semua orang bermain dengan kostumnya dan ada tim EO yang mengambil foto dan video dibalik layar, tapi tidak untuk publikasi. Kostum petarung yang gw siapkan tidak cukup menahan angin nan dingin menusuk hingga tulang-tulang gw berteriak kedinginan. Geart bilang cuaca seperti ini baru pertama kali dalam hidup nya. Bukannya karena tidak pernah terjadi hujan dan angin dingin, tapi karena ini summer alias musim panas. harusnya ini hari terbaik gw untuk berlibur. dan situasi seperti ini hanya ada di winter (musim dingin). Namun musim dingin memang akan segera tiba setelah musim panas ini. Tapi sepertinya mereka ingin menyapa gw lebih dekat, memperkenalkan hawa nya yang menakutkan, menampar pipi gw hingga memerah, dan memukul hidung gw hingga tak bernapas. bluhh...

Seperempat dari part 13: The Legend of Cap van Elbaria

Akhirnya gw kembali ke habitat. Ternyata cuaca di Dronten sangat tidak mendukung. Sebaliknya koneksi internet di hutan ini cukup baik. Mari kita belajar menulis lagi di tenda.
Baiklah para pembaca, inilah situasi gw saat ini di Elbaria; celingak, celinguk, hak, hek, oohh, basah, bersin-bersin, kedinginan, sakit kepala, hidung mampet, dan akhirnya menyerah. Sungguh malu rasanya mengubur niat gw yang ingin menguasai Elbaria dalam 4 hari dan membuat legenda Caprivia, yang ternyata cuma menjadi seorang petarung yang nongol pas jam makan doang. :((